On Your Mask

On Your Mask

Authorized by Tatha-chan©2015

Kim Seok Jin x You

Other cast : Yoongi

Oneshoot|1k+|Romance|Comedy|AU|Teen|

.

“Terimakasih kuucapkan padamu, sang kakak terkampret sedunia yang telah menyatukan cinta kami.”

.

Do not copy no matter what! Ide fiksi murni dari saya sendiri

Maaf untuk Typo, OOC, tulisan berantakkan, dll

Happy Reading!

.

.

 

Minggu itu, bukan sepenuhnya hari libur. Pasalnya aku selalu mendapat tugas bersih-bersih rumah dari ibu. Entah tugas mencuci, menyapu, mengepel, dan lain sebagainya. Beliau bilang, anak gadis tidak boleh terlalu bermalas-malasan.

Aku tidak keberatan. Tapi, masalahnya jika harus membereskan kamar kak Yoongi, yang baru-baru ini diputuskan pacarnya, jadi kotornya seperti kapal pecah. Yaa, meskipun aku tidak pernah lihat kapal pecah itu seperti apa, kedengarannya sih sangat buruk. Seseorang, tolong pacari kakakku yang keren ini.

 

“Kamarku tidak seburuk itu,” ucap kak Yoongi dengan nada malas, sambil menatapku yang hendak berdoa sebelum masuk ke kamar si empunya.

 

Bukannya lebay, aku hanya berdoa supaya terlindung dari kecoa-kecoa yang bertapa di kolong tempat tidurnya. Mereka sudah berevolusi menjadi bisa terbang, dan aku tak ingin tubuhku diraba-raba mereka. Yoongi yang imutnya minta ditampar itu bukannya tidak tau, ia sudah tau, mungkin sengaja menjadikan kecoa sebagai teman curhat atau konsultasi, karena kadang kudengar ia berbicara sendiri.

 

Saat langkah pertamaku masuk, bayanganku tentang kamarnya langsung sirna, karena yang ada kini adalah kamar yang bersih dan rapih, bahkan sampai kekolongnya. Ku kucek-kucek mataku, mungkin sedang bermimpi atau berkhayal, tetapi kabar baiknya ini adalah kenyataan. Aku melompat ke sofa panjang lalu memeluk kakakku yang tengah menyuapi dirinya dengan potongan buah apel.

 

“Kok bisa?” tanyaku berekpresi takjub.

 

“Aku curhat ke teman semalam, lalu merasa baikan, dan tanpa sadar membersihkan kamar deh,” Akhirnya ia menjadi normal, batinku dalam hati.

 

“Omong-omong, kamu sudah dengar berita terbaru?” ucapnya beberapa menit kemudian. Aku hanya menggeleng singkat seraya menyesap teh hijau hangat kesukaanku.

 

“Seok Jin mau pindah rumah, sepertinya keluar kota. Dan pastinya pindah sekolah juga,”

 

Aku menyemburkan kembali teh yang tadinya sudah memasuki tenggorokanku ketika mendengar penjelasan panjang lebarnya.

 

“KAKAK SERIUSAN?!” pekikku kemudian. Aku menjadi gelisah galau merana seketika, Kak Seok Jin yang kucintai mau ke pindah? Ia yang kumimpikan semalam mau pergi? Mana mungkin aku kuat menghadapi kenyataan yang sampai menggetarkan relung hati ini, perasaanku padanya belum tersampaikan .. dan lagi, belum tentu kami akan berjumpa sesering sekarang.

 

“Apa wajahku tampak meragukan?” sindir kakak kemudian.

 

Aku menekuk lutut lalu merangkulnya lemah, “Gimana dong?” mataku tak kuasa menahan lelehan air mata yang mengalir perlahan di pipiku. Kesedihan ini tak bisa kusembunyikan.

 

Kak Yoongi menghela napas, tangan seputih saljunya mernyodorkan selembar kertas undangan. Aku meraihnya, kemudian membaca sederet tulisan yang tercetak disana.

 

“Pesta topeng? Ini bukan saatnya buat senang-senang tau!” Kulemparkan undangan itu kembali pada kakak layaknya shuriken ninja, hingga tepat mengenai kepalanya. Ia meringis, dan sebuah jitakan sukses mendarat di kepalaku.

 

“Maksudku menyerahkannya adalah, supaya kau bisa datang, karena pasti ada Seok Jin di pesta itu!” kakak berteriak tepat di telingaku.

 

“Kak Seok Jin dateng ke situ?” ujarku polos sambil mengusap ingus dengan punggung tangan.

 

“YA! Cuci tanganmu sana, menjijikkan tau!”

 

Ah, aku baru menyadari maksud kakak yang sebenarnya. Pesta topeng besok malam, adalah satu-satunya kesempatanku.

 

 

*On Your Mask*

 

 

Setelah berhasil membeli topeng cantik hasil jerih payah keliling-keliling toko aksesoris, aku pun masih sibuk memperagakan gaun-gaun terbaik yang kupunya, dan meminta Kak Yoongi yang menentukan. Namun, sampai gaunku yang terakhir, ia masih saja menggelengkan kepalanya.

 

“Aku sudah tidak punya lagi,” keluhku dengan wajah masam. Kubiarkan tumpukan gaun yang tergeletak di lantai. Tak perduli jika nantinya ibu akan memarahiku habis-habisan sepulangnya ia dari tempat arisan.

 

“Beli,” begitulah komentar si Yoongi tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponselnya. Kakakku itu memang tidak bisa diandalkan dalam hal memberi pendapat. Apa ia tak tau kalau isi dompet adiknya pas masa liburan gini kosong, sekosong-kosonganya? Tak dapat uang jajan adalah alasan pertama, dan harus membayar utang pulsa adalah alasan kedua. Tadi saat membeli topeng saja, aku mati-matian pinjam uang ke teman.

 

Aku mendengus kasar, “Gak ada uang!”

 

Ia balas mendengus, “Meh, memang susah ya punya adik kere sepertimu. Biar kubelikan nanti!” lagi-lagi komentar sadis melayang dari mulut kecilnya itu. Meskipun terselip kata membahagiakan diakhir komentarnya.

 

 

*On Your Mask*

 

 

 

Malam dingin kian menusuk, aku merutuki gaun merah marun yang membalut tubuh mungilku kini. Tega-teganya ia membelikan gaun minim yang mengekspos bebas kedua bahuku, serta panjangnya juga diatas lutut. Dan kenapa bisa-bisanya aku lupa kalau Yoongi itu termasuk kategori pria mesum? Err- setidaknya kak Seok Jin tidak separah dia kan? Awas saja, sesampainya dirumah, akan kuhajar bolak-balik dia!

 

 

Sudah setengah jam berlalu, entah dimana orang yang kutunggu-tunggu tak kunjung datang pula. Pandanganku terus berpendar ke setiap sudut gedung serbaguna milik sekolah menengah atas Segang yang mewah, sempat terbesit keinginan untuk pindah saja kesini. Toh, aku masih siswi kelas pertama, dan kepintaranku cukup mumpuni. Tapi, kalau kak Seok Jin tidak ada, rasanya sia-sia saja. Ku hentikan sejenak khayalan tentang sekolah ketika dari kejauhan kulihat seorang pria bertubuh jakung berjalan menghampiriku, yang jelas ia bukan Kim Seok Jin. Kupegang erat-erat leher ramping gelas koktail, lalu menundukkan kepala, memang tak ada yang menarik dilantai, namun kurasa ini lebih baik. Aku begitu gugup dan sedikit takut.

 

“Sendiri?” tanyanya kemudian setelah berhasil menerobos keramaian kemudian duduk di sampingku.

 

“Aku menunggu seseorang,” jawabku dengan nada suara bergetar.

 

“Oh.”

 

Aku merasa sangat tidak nyaman ketika matanya mulai memandangku intens dari ujung kepala sampai kaki.

 

“Mau berdansa denganku? Kelihatannya kamu cantik,” tangannya bergerak nakal hendak menyentuhku. Sebisa mungkin diri ini ingin menghindar, tapi tetap aja rasanya mustahil, karena keadaan sangat ramai. Tidak-tidak, jangan salahkan keadaan, mungkin karena aku memang terlalu lemah, selama ini selalu berlindung di balik tubuh kak Yoongi ataupun kak Seok Jin. Aku hanya bisa berdoa dalam hati, menyebut namanya terus-menerus, sampai sebuah suara merdu yang tak lagi asing terdengar oleh telingaku.

 

“Dia gadisku, jadi sebaiknya kau pergi!” Suara merdunya menyentak nyaring, dan seketika lengan kekar itu melingkar di pinggangku. Debaran jantungku tak terkontrol, apalagi perkatannya membuatku seakan mau terbang. Kudongakkan kepala, wajah tampan Seok Jin tak ditutupi topeng apapun, sehingga mata ini dapat dengan leluasa menatapnya. Ekpresi ramah menghilang bergantikan ekpresi marah, dan mengintimidasi. Pemuda asing itu otomatis menjauh, tatapan sinisnya melambangkan kegagalannya untuk menjamahku.

Aku belum bisa sepenuhnya bernapas lega, karena sekarang semua perhatian tertuju pada kami.

 

“Ayo,” tangan Seok Jin menarikku keluar melalui pintu belakang. Setelah kami pergi, seorang disk jokey mampu mengembalikan kembali keramaian pesta.

 

Aku tak tau mau dibawa kemana, tapi tak masalah, karena aku bersama orang yang tepat. ia menghentikan langkahnya tepat di depan sebuah bukit kecil.

 

“Naik yuk! Pemandangan dari atas sana indah lho!” Seok Jin menoleh, bibir penuhnya membentuk lengkungan senyum. Aku mengangguk cepat. Masa bodoh dengan sepatu hak tinggi mahal, kulepas dan kulempar sekadarnya kedua pasang sepatu itu. Lagipula aku juga tak yakin kakiku yang sudah lecet disana-sini itu masih sanggup memakainya atau tidak.

 

Dengan bantuannya aku naik perlahan-lahan, tawa kecil Seok Jin terdengar samar disela kesibukanku yang terus berusaha untuk mencapai puncak.

 

 

“Uwaaaah! Indah bangeeeet!” pekikku tak tertahankan. Rasa lelahku terbayarkan oleh suguhan pemandangan kota yang nampak indah dengan lampu-lampunya, serta langit hitam gelap yang berhiaskan bintang-bintang dengan bulan sabit sebagai primadonanya. Belum puas memandanginya, tapi Seok Jin sudah keburu menangkupkan tangannya diwajahku, kemudian melepas kasar topengku, memaksaku untuk menatap iris cokelatnya yang menenangkan, lalu memelukku erat, menghapus jarak diantara kami.

 

“Jangan pernah pergi ke pesta seperti itu lagi,” dia berbisik pelan, dan aku hanya bisa meng ‘iya’ kannya.

 

Tubuh sempurnanya yang selalu menjadi tubuh impian Kak Yoongi menghangatkanku. Kupejamkan mataku, dan tanpa ragu kusandarkan kepalaku pada dada bidangnya, yang berbalut kemeja putih. Kini, aromanya yang khas dapat kucium dengan puas, dan debaran jantung kami yang menggebu-gebu menjadi irama manis ditengah kesunyian. Ia melepas pelukannya, garis rona merah di kedua pipi tembemnya tak dapat disembunyikan, apalagi aku wajahku rasanya panas sekali mulai tadi.

 

“Lalu kenapa kamu datang? Kamu jelas tidak suka pesta pora kan?”

 

Sulit untuk kujawab, rasanya malu kalau harus bilang yang sesungguhnya.

 

“Aku- aku ingin coba saja. Pesta topeng kelihatannya bagus.”

 

Ia menatapku curiga, “Kamu tidak pandai berbohong. Jadi katakan yang sebenarnya.

 

Tuh kan, ketahuan bohongnya.

 

“…”

 

“Kak Yoongi bilang, kalau kamu mau pindah ketempat yang jauh. Inilah satu-satunya kesempatan bagiku untuk ..”

 

TIDAAK! Jangan katakan. Oh astaga aku terlalu malu.

 

“Untuk apa?” Ia kembali menuntutku tuk menjawab.

 

“Untuk bilang kalau aku suka padamu! Pu-puas?” Ku buang pandangan ke segala arah, pokoknya jangan ke iris cokelat itu lagi! Karena rasanya aku mau pingsan jika harus menatapnya.

 

Kak Seok Jin tak menjawab, ia malah mengacak-ngacak rambutku lalu tertawa bebas.

 

“Apaa?” Aku mengembungkan pipi, mungkin dia masih menganggapku anak kecil.

 

“Biar kuberitau kamu. Pertama, kamu dibohongi Yoongi. Karena aku tidak pindah ke tempat jauh, tapi pindah ke komplek perumahanmu. Kita malah semakin dekat.”

 

“APAAA?!” teriakku tak terima. Si Yoongi itu kelihatannya memang benar-benar minta dihajar habis-habisan nanti. Biar saja, meskipun dia minta ampun sampai sujud-sujud pun, aku akan tetap memberinya pembalasan.

 

Kak Seok Jin kembali tertawa melihat ekpresiku, “Kedua, Sebenarnya aku tidak minat datang malam ini. Tapi, kakakmu itu sms, dan telpon terus kalau kamu datang.” lanjutnya, membuatku bisa sedikit memaafkan si Yoongi yang membuatku ogah-ogahan tuk memanggilnya dengan sebutan ‘Kakak’, rasanya lebih pantas dipanggil ‘Kampret,’

 

“Dan yang ketiga ..”

 

Ibu jarinya mengelus sebelah pipiku lembut, lalu bibirnya itu melayangkan kecupan demi kecupan disana, yang sialnya selalu berhasil membuatku melayang, “Aku juga menyukaimu, sangat sangat suka …”

 

*On Your Mask*

Fin~

[A/N]

Hai reader! Makasih banyak udah mau baca salah satu karya Tathachan yang entah pantas disebut fanfiksi/tidak XD~ Akan lebih baik kalau kalian juga memberikan komentar/review ^^ biar saya semangat gituu.

Oh iya, saya juga minta muup kalo romansanya kurang nge-feel,komedinya nggak lucu, aneh, summarynya gak jelas, dll. Curcol dikit ya ‘-‘) Ini FF pertama saya yang menjadikan Seok Jin-ah sebagai main cast lhoo, soalnya biasanya si doi cuman saya jadiin kakak, ini gara-gara pernah ngemimpiin dia sih. Dan dan daaan, saya juga baru ganti nama penulis dari Talitha Kim menjadi Tathachan, alasannya sih karena Tathachan nama yang manis kekeke~ *gak penting ah thor*

Hope you will review and read my other fanfiction^^

2 comments

Tinggalkan komentar